Kelahiran seorang anak adalah pemberian tanggungjawab khusus kepada orangtua mempersiapkan generasi. Anak adalah pemberian Tuhan dan serentak Tuhan mempunyai rencana bagi anak dan keluarga tersebut. Sebab itu orangtua dipanggil untuk memikul tanggungjawab mendidik, melindungi dan mempersiapkan anak atau anak-anak memasuki masa depan mereka sebagai generasi baru.
Ada banyak faktor yang saling berkaitan dalam usaha kita untuk melindungi dan mempersiapkan masa depan anak-anak. Faktor-faktor tersebut antara lain terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok anak-anak, makanan bergizi, kesehatan, pendidikan. Faktor lingkungan baik itu keluarga, baik itu lingkungan masyarakat, baik itu lingkungan habitat. Renungan ini tidak akan membahas dan merenungkan semua faktor tadi sebagai usaha perlindungan bagi masa depan anak-anak kita. Renungan ini hendak mengangkat satu nilai yang hakiki yang tidak boleh absen dalam usaha kita melindungi masa depan anak-anak kita. Faktor tersebut adalah : “DIKASIHI DAN MENGASIHI”.
“Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia”(Lukas 2:52).
Yesus lahir dan dibesarkan dalam keluarga tukang kayu di sebuah desa. Seperti kebanyakan anak-anak kita di Indonesia. Lahir dalam kondisi lingkungan yang buruk, dalam kandang binatang. Harus mengungsi karena keadaan politik dan hidup masa bayinya dilewati diperasingan. Tentu Ia tidak terlepas dari berbagai gejolak perkembangannya sebagai anak yang bertumbuh baik badani maupun rohani. Tapi ada satu hal hakiki yang memberikan kesejahteraan padaNya ialah dikasihi oleh Allah dan manusia.
Lingkungan baik keluarga, maupun msyarakat tempat Ia bertumbuh sebagai anak mengasihi dia. Dan itulah modal yang tidak kunjung lapuk dalam Ia memasuki dunia dewasaNya. Bahkan kasih itulah yang memotivasi, mendasari dan menggerakkan seluruh kehidupan bahkan kematianNya. Ia mempraktekkan apa yang Ia katakan :”Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya”(Yohanes 15:13). Kasih memampukan anak untuk memasuki kehidupannya secara utuh dan tangguh.
Berikut adalah kutipan catatan-catatan kuliah yang pernah kami terima dari mata kuliah bimbingan konseling untuk kita renungkan dalam usaha kita sekarang ini untuk melindungi masa depan anak-anak. Apa yang hendak disampaikan dibalik pesan itu menurut pemahaman saya adalah Kasih.
Pesan bagi para pendidik
Bila anak hidup dalam kritik, ia belajar untuk mencela.
Bila anak hidup dalam permusuhan, ia belajar untuk menentang.
Bila anak hidup dalam olok-olokan, ia belajar merasa kecil
Bila anak hidup dalam perasaan malu, ia belajar selalu merasa salah
Bila anak hidup dalam toleransi, ia belajar bersabar
Bila anak hidup dengan dorongan , ia belajar percaya diri
Bila anak hidup dalam pujian, ia belajar untuk menghargai
Bila anak hidup dalam kewajaran, ia belajar keadilan
Bila anak dihargai, ia belajar menghargai dirinya
Bila anak hidup merasa aman, ia belajar untuk percaya
Bila anak hidup merasa diterima dan dalam persahabatan,
Ia belajar menemukan Kasih dalam dunia.
Pada intinya rencana utama Sang Khalik adalah agar di setiap generasi juga generasi berikut “ agar kasih kepada Tuhan Allah dan kepada sesama manusia itu bertambah dan bertumbuh”. Itulah yang Tuhan Allah maksudkan kalau Ia berbicara kepada suatu generasi demikian “ Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang Kuperintahkan pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun…..haruslah engkau menuliskannya pada tiang-tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu”(Ulangan 6:6-9).
Pengadaan sumber daya manusia yang berkualitas berawal dan bersumber pada pengakuan dan dekapan orangtua dalam suasana rumah yang damai sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar