Kamis, 28 Oktober 2010

HIDUP ADALAH SEBUAH UJIAN DAN TAK LEBIH DARI ITU


“Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka katanya : pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali” (Lukas 19 :12-13).
            Sebuah tulisan di jendela took berbunyi, “Dibutuhkan seorang pemuda”. Seorang anak muda memasuki toko tersebut, melamar pekerjaan itu, dan diterima. Pak Peter, si pemilik toko, menyuruhnya naik ke loteng. “Kamu akan menemukan sebuah kotak panjang yang tinggi di sana,” katanya. “Aku ingin kamu menyeleksi isinya dan lihatlah mana yang masih bisa dipakai”.
Pemuda itu naik ke loteng dan mulai menyeleksi rongsokan dalam kotak itu. Tak lama kemudian, ia turun sambil mengeluh kalau loteng itu sangat panas dan ia tidak mau lagi menyelesaikannya. Ketika jam kerja berakhir, pak Peter membayar anak muda itu dan memberi tahu supaya besok ia tidak usah datang lagi.
Keesokan harinya tanda tersebut terpampang lagi di jendela. Seorang pemuda bernama Craford Hill datang melamar pekerjaan. Pak Peter menerimanya dan menyuruhnya ke loteng untuk menyeleksi barang-barang dalam kotak. Craford menghabiskan waktu selama berjam-jam untuk menyeleksi isi kotak itu, memilah-milah pines, mur dan baut yang masih bisa dipakai dari barang-barang yang mestinya dibuang. Ketika ia mengambil salah satu barang terakhir dari kotak itu ia melihat uang kertas 20 dolar di sana. Dia mengambilnya, lari ke bawah, dan berkata, “Lihat, Pak Peter !  Lihat apa yang ketemukan di kotak itu – uang 20 dolar !” Lalu, dia menyerahkan uang itu kepada bosnya. Pak Peter tersenyum karena tahu ia bisa mempercayai pemuda ini untuk bekerja di tokonya.
Kotak rongsokan tua itu hanyalah sebuah tes. Pak Peter telah mengisinya dengan pines, mur, baut dan barang-barang lain untuk menguji kesetiaan pekerjanya. Dia ingin tahu apakah pemuda itu akan menyelesaikan pekerjaan itu dan tetap bersikap baik, walaupun ia tidak paham mengapa ia disuruh melakukan pekerjaan yang kelihatannya tidak berguna. Pak Peter juga telah menaruh uang kertas 20 dolar dalam kotak itu untuk menguji kejujuran pegawainya. Jika pemuda itu tidak melapor bahwa ia telah menemukan uang itu, bagaimana Pak Peter bisa mempercayakan laporan pemasukan uang kepadanya ?
Dengan menyelesaikan pekerjaan di loteng yang panas dan memberikan uang itu kepada bosnya daripada mengantonginya, Craford membuktikan bahwa ia setia dan jujur. Bertahun-tahun kemudian, ketika  Pak Peter pensiun, ia menyerahkan bisnisnya kepada Craford untuk mengelolanya.
Apakah kita tahu bahwa kehidupan di dunia juga sebuah ujian ? Semua tanggungjawab duniawi kita – bahkan yang tampaknya tidak penting – adalah seperti kotak rongsokan tua itu. Tuhan sedang mengamati kita untuk melihat apakah kita akan setia menyeleksi pengalamanb-pengalaman hidup, mempertahankan yang baik dan membuang sampah-sampahnya, memperlihatkan sikap yang baik walaupun kita tidak paham, dan menyelesaikan tugas kita. Jika kita membuktikan bahwa kita baik dan setia selama menjalani ujian duniawi, Tuhan akan mempercayakan tugas-tugas yang jauh lebih besar dalam kehidupan selanjutnya.
Kita bisa mendapatkan pandangan tentang rencana kekal Tuhan bagi anak-anakNya dari perumpamaan Mina seperti  di kutip pada awal tulisan ini. Mina adalah sebuah kantong koin, biasanya berisi perak yang beratnya sekitar sat u pon (dalam versi King James dikatakan “berpon-pon”). Bangsawan itu menyuruh para hambanya berdagang saat  ia pergi. Walaupun para hamba memiliki modal yang sama, namun mereka menghasilkan jumlah yang berbeda.
            Mina-mina itu hanyalah ujian untuk mempersiapkan mereka terhadap tugas-tugas yang lebih besar, seperti  kotak rongsokan Pak Peter yang menguji kesetiaan Craford. Sekantung Mina – tanggungjawab duniawi kita – mempersiapkan kita untuk kantung utama – tanggungjawab kekal kita dalam Kerajaan Tuhan. Siapapun yang menggunakan kesempatan untuk melayani Tuhan secara totral dan setia akan diberkaati lebih banyak lagi dalam kekekalan.  Elsa Rud menulis : “Satu-satunya waktu yang Tuhan miliki untuk mempersiapkan para pegawawaiNya adalah kehidupan singkat di dunia ini. Pelatihan kita terdiri dari ujian-ujian yang terus menerus tentang kepatuhan, beberapa diantaranya terasa berat, beberapa terlihat remeh, tapi sebenarnya sangat penting. Kita sedang dilatih untuk bertindak seperti perintah Tuhan, tak peduli apa yang harus kita korbankan. Para pegawai di kerajaan kekal akan menjadi contoh dari kepatuhanyang total dan sepenuh hati”.
            Kehidupan duniawi kita memiliki dua tujuan. Kita melakukan kehendak Tuhan untuk menyenangkanNya melalui tindakan kita, tapi kita juga berlatih untuk tugas-tugas kekal kita. Bumi adalah dunia sementara kita untuk mempersiapkan diri menuju kerajaan kekal. “Dunia akan lenyap…..tapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”( I Yohanes 2 :17). Dengan menjalani hidup sehari-hari untuk menyenangkan Tuhan, kita bisa membuat hari ini berarti untuk selamanya. Inilah sebabnya kita harus memandang hidup kita tidak dalam jangka waktu tujuhpuluh atau delapan puluh tahun di bumi, tapi dalam jangka waktu selamanya. Akhir dari hidup ini adalah awal dari hidup yang selanjutnya.

                                                                        Denpasar,  22 Agustus  2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar