Kamis, 28 Oktober 2010

LIDAH SEORANG MURID


Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia  mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. (Yesaya 50:4)
            Salah satu tugas pangilan yang sering dilupakan umat Tuhan adalah menyebarkan, atau meneruskan  firman Tuhan kepada sesama umat. Tidak usah dibayangkan bahwa meneruskan atau memberitakan firman Tuhan itu wujudnya seperti kotbah di mimbar atau lapangan terbuka seperti Kebaktian kebangunan rohani . Mengatakan firman Tuhan kepada orang lain dapat dilakukan secara sederhana, pribadi dan dengan lemah lembut.
Pada nas renungan, tugas itu dilakukan seoang hamba Tuhan. Hamba itu dikaruniai Tuhan lidah seorang murid. Tentu karunia itu diberikan dalam rangka penugasan untuk memberitakan firman Tuhan. Namun demikian, secara ekplisit disebutkan bahwa hamba Tuhan dengan perlengkapan lidah seorang murid itu diharapkan dengan “perkataan….dapat memberi semangat baru keada orang yang letih lesu”. Tugas ini memang sesuai dengan konteks persoalan yang sedang dihadapi umat Tuhan. Umat Tuhan sedang menderita karena krisis multi-dimensi. Mereka sedang berada di tanah pembuangan. Jauh dari tanah air. Sebagai warga asing di Babel, mereka tidak leluasa bergerak di bidang ekonomi, politik maupun sosial. Secara religiuspun ada pembatasan. Dalam situsi ini mereka juga mengalami krisis iman. Tuhan , Allah mereka, kini disangsian dapat menolong mereka.
Hamba dengan perlengkapan  lidah seorang murid ini ditugasi menguatkan semangat mereka, dan menumbuhkan  kembali iman kepada Tuhan. Kepasihan (bicara) dikaruniakan Tuhan agar ia dapat menghibur orang susah, agar mereka tidak kehilangan pengharapan. Kefasihan tidak digunakan untuk menghasut orang melakukan pemberontakan, ataupun mengalahkan lawan dengan perdebatan .Kefasihan lidah seorang murid dimaksudkan untuk menyampaikan kebenaran firman Tuhan, dan mengekspresikan kasih Tuhan.
Tugas seperti  ini menjadi tugas hamba Tuhan atau umat Tuhan di masa kini juga, termasuk kita. Di sekitar kita banyak orang yang juga letih lesu kehilangan semangat. Sebabnya bermacam-macam. Krisis rumah tangga adalah hal biasa terjadi, krisis yang berat mernyebabkan mereka mengalami kesusahan. Krisis ekonomi atau penghasilan sering juga menjadi persoalan, selain krisis iman dan pengharapan. Kita diminta datang kepada mereka dengan kata-kata lembut yang menghibur, yang membangkitkan semangat dan mengembalikan pengharapan.
Agar kita dapat mengucapkan kata-kata yang enak didengar dan tepat sasaran, kita perlu mendapatkan “lidah seorang murid”. Selain itu, lidah seorang murid perlu dilengkapi juga dengan “telinga”. Kiasan telinga ini maknanya adalah kesediaan untuk mendengarkan firman Tuhan. Tanpa mau mendengarkan firman Tuhan, tak mungkin seorang murid dapat menyampaikan perkataan-perkatan yang yang menghibur dan membesarkan hati. Karena itu harus disediakan waktu untuk mendengarkan firman Tuhan, atau “dengar-dengaran” dengan Tuhan. Keterbukaan dan sikap mental tidak memberontak atau menolak Tuhan amat dibutuhkan. Demikian juga penerimaan terhadap masa sekarang. Murid yang baik, berorientasi ke masa depan, dan tidak menoleh ke belakang sebagai kepahitan.
Di dunia belajar mengajar khususnya dunia akademik ada ungkapan “You Are What You Read”, karena itu bila  sering terjadi perbedaan pendapat atau perdebatan seru mengenai suatu konsep ini  karena orang berbeda-beda referensi (buku) bacaannya. Karena “paradigma”  yang dipahami dan diungakpan berbeda-beda, maka orang tak mudah (atau tidak mau ?) saling memahami. Apa yang kita baca menentukan “wacana” kita. Asumsi “You Are What You Read”  di dunia belajar mengajar dapat diganti dengan pernyataan “You Are What You Hear”. Pandangan atau pendapat seorang murid mengenai suatu hal, amat dipengaruhi oleh pandangan atau pendapat gurunya. Hal ini pasti terjadi ketika seorang murid belum terlatih untuk menyusun pendapat atau pandangannya sendiri. Kalau seorang murid telah cukup dewasa dan mampu membangun daya kritis, tentu saja pendapat atau pandangan-pandangannya tentang suatu hal tidak harus (selalu) sama dengan “apa kata sang guru”.

1 komentar:

  1. new in 2021 - polished titanium - iTanium Art
    In this new piece we titanium road bike will be going with a new piece samsung galaxy watch 3 titanium from babylisspro nano titanium spring curling iron the art gallery at the titanium joes Museum of Art, in collaboration with The columbia titanium boots Museum of Art and

    BalasHapus