Kamis, 28 Oktober 2010

"DUNIA MEMBUTUHKAN ORANG YANG BERINTEGRITAS"


Suatu kali  seorang warga jemaat kami  yang datang konseling mengeluh demikian  : "Saya kecewa, sebab katanya begini, namun faktanya begitu", "Perkataannya bagus, tetapi mana perbuatannya ?" "Saya betul-betul kecewa dengan dia". Dia itu bisa suami atau istri, karyawan, majikan,  teman sekerja, dan lainnya. Persoalan apa ini ?  Integritas ( Latin : Integer = utuh, tidak terpecah, tidak bisa disuap). Orang yang berintegritas adalah orang yang tidak terpecah oleh konflik batin.
Pendidikan integritas terhisap dalam pendidikan kepribadian dalam cakupan Pendidikan Agama Kristen. Integritas bisa kita pelajari dan tumbuhkan dalam diri kita tetapi untuk itu diperlukan waktu bertahun-tahun melalui pergumulan. Apakah unsur-unsur yang membuat kepribadian berintegritas ?  Contoh berikut barangkali dapat menolong kita : Seorang montir memeriksa mobil. Keesokan harinya ia melapor kepada pemilik, "tidak ada kerusakan yang perlu diganti". Di rumah ia menceritakan hal itu kepada istrinya.Istrinya membentak, "Kamu bodoh ! Sok jujur, masuk kubur ! padahal kita butuh uang untuk kontrak rumah". Unsur apakah yang  nampak di sini ?  Kejujuran ? Bukan ! Integritas jauh lebih luas dari kejujuran.
Integritas,demikian diungkapkan salah satu definisi,adalah seperti apa kita saat tidak ada orang lain di sekitar kita. Atau kata kata salah satu definisi lainnya, integritas adalah satunya kata dan perbuatan kita. Misalnya, saat diwawancara media massa dengan lantang kita mengatakan korupsi adalah perbuatan tercela yang merugikan Negara dan rakyat banyak dan karenanya para koruptor harus mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya. Namun setelah media masa berlalu dari hadapan kita, tanpa sungkan kita menggelambungkan dana sekian persen daripada yang seharusnya.
Atau sebagai  contoh lain : dalam rapat-rapat kita selalu tampil bijak dan berwibawa. Dengan gaya bicara terhormat dan terpelajar kita telah memukau banyak orang. Tapi , sebagaimana kemudian terungkap, dibalik semua kesempurnaan tersebut, di belakang semua orang yang mengagumi dan menghargai kita, ternyata kita melakukan pelecehen seksual pada salah seorang bawahan kita.
Unsur pertama yang membuat kepribadian berintegritas adalah mempunyai hati nurani yang membisiki mana yang baik dan mana yang jahat. Unsur kedua adalah mau mentaati bisikan hati nuraninya. Unsur ketiga adalah berani berkeyakinan, walaupun semua orang menganggap dia bodoh. Unsur keempat adalah konsep diri dengan kebanggaan professional. Ia berpendapat bahwa pekerjaan montir adalah jabatan terhormat dan ia menjaga kehormatannya.
Kasus montir itu sepele. Kepribadian berintegritas memang dimulai dari perkara yang kecil. Apa yang dilakukan itu pula yang diyakini dan apa yang diyakini itu pula yang diperbuat. Orang berintegritas seperti itulah yang kita butuhkan, apalagi sebagai sahabat. Ucapannya bisa dipercaya. Perbuatannya bisa diandalkan. Ia tidak mengobral janji. Perkataannya dan perbuatannya sama. Dunia membutuhkan  manusia berintegritas.
Dunia membutuhkan orang-orang yang tidak bisa dibeli, yang perkataan-perkataannya bisa diandalkan. Dunia membutuhkan orang-orang yang menghargai karakter dari pada kekayaan, yang mempunyai  pendapat  sendiri dan berkemauan keras. Dunia membutuhkan orang-orang yang lebih besar dari jabatannya, yang tidak gentar untuk mengambil resiko, yang tidak kehilangan individualitasnya  dalam kumpulan  masa, yangj ujur terhadap soal-soal yang  kecil maupun yang besar. Dunia membutuhkan orang-orang yang tidak mengadakan kompromi dengan yang jahat, yang tidak hanya memikirkan kepentingannya sendiri, yang tidak mengatakan bahwa mereka melakukan sesuatu karena "tiap orang melakukannya". Dunia membutuhkan orang-orang yang setia kepada kawan-kawannya dalam keadaan susah dan senang, yang tidak percaya bahwa kelicikan, keras kepala dan tipu muslihat adalah cara-cara untuk mencapai sukses. Dunia membutuhkan orang-orang yang tidak malu atau takut untuk berpegang pada kebenaran meskipun tidak popular, dan yang dapat berkata "tidak" dengan tegas, meskipun seluruh dunia berkata "ya".
Itulah yang diperbuat Allah pada natal yang baru saja kita rayakan. PerkataanNya menjadi perbuatanNya. Yohanes bersaksi, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah…Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita dan kita telah melihat kemuliaanNya…(Yohanes 1 : 1, 14).
Maksudnya, perkataan telah menjadi kenyataan. Kata telah menjadi fakta. Kata dan tindakan menyatu. Dalam  Kristus terjadilah integritas. Kata perlu menjadi fakta. Juga sebaliknya ! Fakta juga perlu menjadi kata. Fakta perlu dibahasakan. Yang perlu bukan hanya Firman menjadi daging,melainkan juga daging menjadi Firman.
Menyadari bahwa umatNya hidup dalam dunia yang akrab dengan menjadi pribadi bermuka dua, Tuhan menegaskan tentang pentingnya mempertahankan gaya hidup berintegritas dengan mengatakan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Roma 12:2).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar