Kamis, 28 Oktober 2010

BERTUMBUH DALAM KASIH DAN PENGENALAN JURUSELAMAT


Petrus dalam suratnya  pernah menulis pesan demikian : “Bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus (II Petrus 3: 18). Pesan ini mengandung makna bahwa pertumbuhan itu penting, sebab pertumbuhan adalah tanda kehidupan. Juga tanda dari iman yang hidup. Tetapi masalahnya bagaimana supaya pertumbuhan itu terjadi, bagaimana supaya bertumbuh ?
Renungan berikut  bertutur  tentang beberapa nasehat praktis untuk bertumbuh
            Pertama , kita bertumbuh melalui kesalahan-kesalahan bahkan  juga  dosa-dosa kita yang pernah kita lakukan. Ada banyak orang yang telah melakukan kesalahan, lalu tidak pernah keluar lagi dari situ. Bisa jadi karena keenakan. Bisa pula karena penyesalan. Padahal bukankah  kalah dalam satu pertempuran tidak harus berarti kalah dalam seluruh peperangan ?
            Pengalaman menunjukkan, bahwa melakukan kesalahan serta mengalami kekalahan bisa membuat orang menjadi lebih waspada, lebih rendah hati dan siap menghadapi perjuangan di ronde berikut. “Orang baik jatuh di atas kedua lututnya”. Lutut adalah tempat yang terbaik untuk jatuh. Sebab berlutut adalah sikap yang paling tepat untuk membuat orang segera bangkit, - lebih baik dan kuat.
            Dengan menyikapi secara benar, titik lemah dapat  berubah menjadi titik kuat.  Ingat pengalaman Paulus ? Ia mesti dibuat rebah dan buta terlebih dahulu, untuk dapat mengatasi kesombongan rohaninya. Justru ketika matanya buta serta tangannya menggapai-gapai tanpa daya, hatinya kuat, rohaninya sehat, dan matanya melihat. “Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan,” katanya, “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (II Kor.12:10). Mengapa ? Sebab ia sekarang hanya bergantung sepenuhnya kepada anugrah Allah.
            Kedua , kita dapat bertumbuh melalui tugas-tugas yang  mungkin melampaui kekuatan kita. Dengan melakukan  ini , kita juga akan dibawa ke wilayah belas kasihan Allah. Sebab itu,  jangan membatasi diri dengan hanya mau menerima tugas yang mampu kita lakukan. Ini tidak akan merangsang kita untuk bertumbuh.Lakukan apa yang melampaui keterbatasan kita, dan bergantunglah kepada Allah. Maka kita akan dipacu untuk bertumbuh. Atlit angkat besi dapat menjadi contoh, yang terus menerus  menambah porsi angkatannya, semakin berat dan semakin berat.
            Sekiranya Paulus dulu membatasi pemberitan Injil di wilayah Palestina saja, iman Paulus pasti tidak bertumbuh dan kekeristenan sendiripun akan tetap kerdil.   Dengan membuka cakrawala misi ke eropa, teologi Paulus diperkaya dan imannyapun bertumbuh. Karena itu benar sekali,”Janganlah minta tugas yang sepadan dengan kekuatanmu, tetapi mintalah kekuatan yang sepadan dengan tugasmu”.
            Ketika Tuhan dulu menunjuk Maria untuk mengemban tugas yang  maha musykil, ia tidak mengkeret, tetapi juga tidak takabur. Dengan polos tetapi tulus, ia cuma berkata, “Sesungguhnya, aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut kerkataanmu itu” (Lukas 1;38). Tepat sekali sikap Maria ini.
            Ketiga, agar iman kita bertumbuh, kita juga membutuhkan cakrawala yang lebih luas. Untuk bertumbuh, kekristenan mesti dibebaskan dari kepedulian hanya pada soal-,  soal pribadi, yang membuatnya  seolah-olah tak punya urusan serta relevansi apa-apa dengan soal-soal kemasyarakatan. Kekeristenan harus kita bebaskan dari kesibukannya mengurus soal-soal rohani melulu, seolah-olah orang lapar cukup didoakan  tanpa diberi makanan. Alkitab jelas menantang sikap seperti ini (Band. I Yohanes 3:17).Kita harus terus menerus menguak dan memperluas cakrawala pemikiran dan kepedulian kita. Semakin ikut merasakan kebutuhan masyarakat sekitar serta keluh kesah mereka, sebagai persoalan kita sendiri. Sekiranya ini kita lakukan, ini pasti menguntungkan perkembangan kita sendiri.
            Dalam Yesaya 54: 2 Tuhan memerintahkan Israel agar memperluas cakrawala perhatian mereka. SabdaNya, “Lapangkanlah tempat kemahmu, dan kembangkanlah tenda kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkan tali-tali kemahmu, dan pancangkan kokoh-kokoh patokmu”. Perintah ini segera diikuti dengan sebuah janji,”Engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi”(ayat 3). Kepedulian selalu menghundang rahmat. Bila kita memperdulikan orang lain, merekapun akan memperdulikan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar