Kamis, 28 Oktober 2010

SETIA DALAM PANGGILAN


Seorang tukang air memiliki  dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung  sebuah pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak , sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan itu hanya dapat membawa air setengah penuh. Selama dua tahun,, hal ini terjadi setiap hari, si tukang air hanya dapatmembawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya.
            Tentu saja si tempayan yang tidak retak  merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna . Namun si tempayan yang retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidak sempurnaannya dan merasa sedih sebab dia hanya dapat memberikan  setengah dari porsi yang seharuanya dapat diberikannya.
            Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, “Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu.”  “Kenapa ?” Tanya si tukang air, “Kenapa kamu merasa malu?”  “Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menujurumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi”. Kata tempayan itu.
            Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, “Jika  kita kembali ke rumah majikan besok, aku  ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan”. Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali  tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.
            Si tulang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu  memperhatikan  adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu ? Itu karena aku selalu menyadario akan cacatmu  dan  aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari  jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita.
            Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya  seindah  sekarang”.
            Kerap kali kita seperti tempayan yang retak  tadi. Kita merasa jelek, kurang, gagal, penuh kelemahan. Semua itu kerap membuat kita merasa tidak berharga  dan undur dari tugas panggilan  yang Tuhan percayakan kepada kita. Tuhan tahu semua itu. Tapi itu tidak mengurangi rencananNya untuk tetap memakai kita menjadi mitra kerjaNya.
Di tengah keterbatasan kita sebagai manusia, Allah mengikutsertakan kita dalam karya kasihNya di tengah dunia. Untuk  memelihara ciptaan , memberi berkat bagi dunia mengasihi dan memenuhi kebutuhan mahluk ciptaanNya, Allah memanggil kita menjadi mitra kerjaNya. Sungguh suatu anugrah yang luar biasa karena kita diberi kesempatan menjadi kepanjangan tangan Tuhan di tengah dunia ini. Di tengah segala kekurangan dan keterbatasan kita Allah berjanji akan menyertai dan menolong kita.
            Namun seiring dengan panggilan itu, muncul pula hambatan-hambatan yang dapat menghalangi kita memenuhi tugas panggilan Tuhan. Hambatan itu  bisa muncul dari diri sendiri, maupun dari pihak luar. Dalam rangka  ulang tahun ke 53 GKPB Kristus Kasih, kita selaku jemaatNya mau bersyukur untuk kasih Tuhan yang memilih  dan memanggil kita untuk menjadi mitra kerjaNya di tengah dunia. Di tengah ucapan syukur itu, kita diajak untuk setia dalam panggilan Tuhan dan memenuhi setiap tugas yang dipercayakan kepada kita sebagai gereja di tengah masyarakat sehingga sekalipun kita banyak hambatan yang menghadang, tidak menghalangi kita untuk terus menjadi berkat bagi sekeliling  kita.
 Setidaknya ada tiga hal  yang dapat kita kerjakan sebagai gereja di masa kini untuk menyambut ajakan Tuhan sebagai mitra kerjaNya :
(1). Mengenal diri dengan segala potensi dan talenta  yang Tuhan berikan.
Orang yang mengenal diri  adalah orang yang bukan hanya tahu betul kelebihan dan kekuatan dirinya, tetapi juga bisa menerima kekurangan yang ada pada dirinya. Kelebihan itu tidak dipakai untuk merendahkan yang lain, melainkan justru untuk kebaikan bersama; sebaliknya kekurangan tidak menjadi halangan untuk terus maju dan memperbaiki  diri.
(2). Menerima panmggilan Tuhan
Setelah mengenal diri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, kita menerima panggilan Tuhan menjadi mitra kerjaNya.
Dalam perang dunia kedua, sebuah gereja di Munster rusak berat kena bom. Patung Kristus di situ juga rusak. Kedua lengan patung itu putus. Tinggallah patung Kristus itu berdiri tanpa tangan. Kemudian di bawah patung itu ada orang menulis :”Aku tidak mempunyai tangan selain kamu. Kamulah tanganKu”. Allah masih terus berkarya sampai saat ini bagi kebaikan dunia. Dia bekerja mengikutsertakan kita. Dia memanggil kita . Bagian kita adalah menerima panggilan itu dengan penuh syukur. Menerima panggilan Tuhan itu merupakan  ibadah., itulah tempat kita berjumpa denganNya yang telah membuang segala hambatan yang selama ini menghalangi kita  bersekutu denganNya, sekaligus sarana kita mengabdi dan melayani Tuhan dan sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar