Kamis, 28 Oktober 2010

HUKUM ROH


„Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut“ (Roma 8:1-2)
„Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Alah“ (I Petrus  2;16)

Paradoks agaknya adalah sesuatu yang melekat dan tak dapat ditanggalkan dari kehidupan orang Kristen. Baik Roma 8 :2, maupun Surat I Petrus 2:16 seperti yang dikutif pada awal tulisan ini berbicara  mengenai paradoks yaitu dibebaskan dari yang satu dan diikat oleh yang lain..“Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.“. „Hiduplah sebagai orang merdeka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah“. Anda sudah dibebaskan dari hukum dosa dan hukum maut. Artinya, anda tidak perlu tunduk lagi kepada otoritasnya !. Dosa dan maut tidak lagi punya wewenang legal atas diri anak-anak Tuhan ! Tetapi ini tidak berarti kita lalu bebas sebebasnya, seolah-olah sekarang kitalah penguasa mutlak dan penguasa tunggal atas hidup  kita. Tidak.
Dibebaskan dari hukum dosa dan hukum maut, kita diikatkan dan tunduk kepada hukum yang lain, yaitu hukum Roh. Roh Kuduslah yang sekarang memiliki kuasa atas diri kita. Itulah yang dimaksudkan oleh Paulus ketika ia menulis, supaya kita „tidak hidup menurut daging tetapi menurut Roh“ (Roma 8:4).
Kebebasan memang penting, tetapi tidak segala-galanya. Di era Orde baru dulu, rakyat menderita karena tidak ada kebebasan. Di era Neo Orde Baru sekarang, rakyat menderita karena terlalu banyak kebebasan. Kebebasan memang tidak boleh dipasung atau dibungkam, tetapi juga jangan begitu saja dilepaskan tanpa kendali.
Penemu alat telepon yang sangat teerkenal, Graham belll, pernah menulis, „Dari sumbernya mengalirlah gelombang listrik yang amat kuat. Tetapi aku tak dapat memakainya. Gelombang itu terlalu kuat untuk motorku. Ia akan melumerkan dan menghancurkan segala sesuatu. Karena itu, aku terlebih dahulu memasukkan gelombang itu ke sebuah transformator untuk mengubah tegangannya, sehingga dapat dimanfaatkan. Dengan gelombang listrik yang telah disesuaikan kekuatannya itu, motor saya sekarang tidak dihancurkan, melainkan justru diberdayakan. Begitulah Yesus mentransformasikan Allah“(Beyond Agnosticism, hlm.72).
Allah yang maha dahsyat dan mengerikan, melalui Yesus Kristus, menjadi Allah yang terhampiri. Begitu pula dengan kebebasan. Kebebasan yang telanjang dan tanpa batas adalah bagaikan gelombang listrik yang amat dahsyat. Manusia tidak kuat menanggungnya. Manusia akan lumer dibuatnya. Hanya Allah yang mutlak mampu memanfaatkan kebebasan yang mutlak.
Ini sebabnya, saya tak pernah menyetujui pendapat yang mengatakan bahwa demokrasi adalah kebebasan semata. Tidak. Demokrasi yang benar dan bermanfaat adalah keseimbangan antara kebebasan dan ketertiban sekaligus. Tanpa yang satu, yang lain akan merusak. Baik itu kebebasan yang liar maupun ketertiban yang beku. Sebab itu, „Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka“ ( I Petrus 2 :16).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar