Kamis, 28 Oktober 2010

PERAN GEREJA DALAM MELAWAT DAN MEMBEBASKAN


Dunia tidak cuma membutuhkan pertobatan individual, melainkan juga perubahan sosial. Pertanyaannya : Apakah peran Gereja di sini ? Dalam hal pertobatan individual sudah jelas. Banyak orang beranggapan itulah misi utama gereja : mencari jiwa agar bertobat. Tetapi mengenai transformasi sosial ? Umumnmya orang berpendapat bahwa di dalam masyarakat peran gereja adalah lebih sebagai hakim, katimbang sebagai pemain. Dalam soal-soal kemasyarakatan gereja harus netral.
Padahal Yesus tidak pernah netral. Dengan jelas Ia menyatakan berpihak kepada siapa dan melawan siapa. Berpihak kepada  yang papa, melawan penindas-penindas mereka, seperti pada perumpamaan Lazarus yang miskin, melawan mereka yang mengabaikan si papa. Sikap netral adalah sikap pengecut. Sika[ tidak berani mengambil resiko. Mau kebenaran berpihak kepadanya, tetapi  tidak mau berpihak kepada kebenaran.
Yesus tidak datang  sebagai hakim .  Ia datang “bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya”(Yohanes 3:17). Untuk berperan dalam reformasi sosial, gereja tidak boleh  berperan sebagai “hakim”, yang – seperti Polantas kita – baru berperan setelah orang melakukan kesalahan. Tidak. Gereja dipanggil untuk menjadi   “pemain”  dan  giat terlibat.


Bagaimana persisnya giat dan terlibat itu ? Pujian Zakaria berikut  ini bisa menolong. Ia berkata,  “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umatNya dan membawa kelepasan baginya”( Lukas 1:68). Melawat dan membawa kelepasan. Untuk membebaskan, Allah melawat. Tujuan akhirnya  adalah membebasakan. Membebaskan dunia dari kekuatan-kekuatan demonis dan satanic yang melilit dan menggiringnya dari satu bencana ke malapetaka lainnya. Untuk tujuan tersebut, Tuhan sebenarnya bisa saja menempuh cara lain. Cara yang lebih mulia dan lebih mudah. Jalan yang tanpa salib dan darah.  O, bisa!  Misalnya, Ia cukup mengeluarkan dekrit dari surga. Namun, Allah memilih jalan yang berduri dan berdarah. Menurut jalan pikiran manusia, memang aneh nian. Bila ada yang lebih enak, mengapa memilih yang tidak enak? Tetapi Allah tahu apa yang dipilih-Nya. Ia memilih jalan yang aneh, namun efektif. Ia melawat umat-Nya.
Mengapa saya katakana ini efektif? Karena jalan ini bisa terus berkelanjutan dan berkesinambungan. Tidak sekali, lalu berhanti. Begitu, karena cara  “melawat” I ni dapat dilakukan oleh siapa saja. Sebaliknya, sekiranya Allah memilih untuk bertindak langsung dari surga, ya sudah. Ia akan berhenti di situ dan berlaku untuk sekali saja, sebab hanya Allah yang bisa.
Melawat, artinya pergi, ke luar. Tidak cuma mengundang agar orang masuk ke gereja, tetapi gereja keluar menjumpai manusia di dunianya. Melawat, artinya tidak hanya berperan sebagai penonton yang cuma bisa bikin gaduh di pinggir lapangan, tanpa sendiri ikut bermain. Melawat artinya keluar. Seperti Abrahan di panggil keluar dari dunianya yang aman ke Urkasdim. Seperti Musa dipanggil keluar dari ketentraman status quonya di Midian. GMD: gereja masuk dunia. GMD: gereja melawat dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar