Kamis, 28 Oktober 2010

"MEMBANGUN DUNIA YANG LEBIH BAIK MELALUI KELUARGA"


Keluarga merupakan persekutuan dasar dari persekutuan besar masyarakat umat manusia. Dan ada yang dengan tegas menyatakan bahwa jika keluarga runtuh, maka bangunan masyarakat besarpun akan tidak kokoh. Paling tidak ada tiga perkara pokok bagi pemahaman Kristiani, sehingga gereja terus menerus mengusahakan memberi  perhatian dan pembinaan kehidupan keluarga.
Keyakinan yang  pertama adalah dalam hubungannya dengan panggilan Kristen itu sendiri. Setiap orang Kristen dipanggil untuk bertambah-tambah dalam mengasihi Tuhan Allahnya dan mengasihi sesamanya  manusia. Mengasihi Tuhan Allah dengan  sebulat-bulat kehidupan ini  diberi bentuk dan dijabarkan dalam mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri..
Nah dimanakah tempatnya yang paling mendesak dan menentukan mengasihi sesama manusia itu diwujudkan ? Tidakkah  sesama  manusia yang paling dekat adalah anggota keluarga kita ? Sesama manusia yang paling dekat dengan suami adalah istrinya dan anak-anaknya ? Sesama yang paling dekat  seorang istri adalah suaminya dan anak-anaknya. Diantara  sesama manusia yang paling dekat inilah mengasihi itu diberi wujud dan wajah yang nyata. Kita  pasti akan disebut orang munafik, kalau orang-orang yang dekat dengan kita, kita tidak mampu mengasihinya padahal kita mengatakan mengasihi sesama manusia. Di dalam keluarga di mana kita hidup bersama-sama,di mana kita saling mengenal kelemahan dan kemampuan masing-masing, di sanalah mula-mula makna kasih itu mendapat perwujudan. Di sanalah, di keluarga arti mengasihi dengan menerima seseorang sebagaimana adanya  kita dipanggil untuk melaksanakannya. Di sanalah, di keluarga arti mengasihi  dalam bentuk mengampuni kita dipanggil untuk mempraktekkannya. Di sanalah, di keluarga arti mengasihi dalam bentuk tolong menolong kita dipanggil untuk memikulnya. Di sanalah suka dan duka kita pikul bersama sebagai penabaran dari kita saling mengasihi. Tentu saja kita tidak tertutup sebagai keluarga bagi dunia di sekitar kita. Justrun dengan beranjak dari keluarga yang di mana kasih itu menjadi landasannya, maka keterbukaannya bagi tetangga-tetangganya bagi masyarakat luas akan membawa berkat yang besar.
Keyakinan yang kedua sehingga  Gereja dipanggil untuk membina kehidupan keluarga adalah bahwa di dalam keluarga inilah kita mendapat tempat dan diterima bagaimanapun tingkat usia kita. Kita mengenal istilah kesenjangan generasi bukan ? Kita tahu juga seringnya terjadi perbedaan paham yang menimbulkan konflik antara dua generasi yang tua dan yang muda. Kita juga tentu memahami seringnya terjadi pertentangan-pertentangan dan tidak terdapat penghormatan antara jenis kelamin pria dan wanita.
Nah, di dalam keluarga segala jenjang usia mempunyai tempatnya masing-masing.Di sana, di keluarga orang lanjut usia mempunyai tempat dan hidup bersama dengan anak-anak kecil. Di sana, di keluarga kehidupan bersama diramaikan justru dengan terdapatnya berbagai jenjang usia dengan tanda-tanda khusus pembawaan usia itu. Di sana, di keluarga anak—anak remaja dan pemuda hidup berdampingan dengan damai dan saling menerima. Di sana, yang muda dan usia senja hidup bersama dalam saling menghisi, bukan ? Di sana, di keluarga pria dan wanita mendapat tempatnya masing-masing dan dihargai menurut statusnya, bukan ?
Di keluarga setiap jenjang usia mendapat tempatnya yang layak dan dihormati, di sana juga setiap jenis kelamin mendapat kedudukannya yang terhormat dan dihormati. Dari kehidupan keluarga yang demikianlah akan muncul dunia yang lebih luas dan kompleks, namun setiap warga dunia yang kompleks  itu telah belajar untuk saling menghormati dan saling menerima dan mereka akan membentuk pergaulan dunia yang baik dan lebih serasi.
Keyakinan lain yang mendorong Gereja untuk member perhatian khusus kepada keluarga adalah bahwa di keluarga inilah dipersiapkan dunia yang berikutnya, masyarakat generasii selanjutnya. Warna kehidupan masyarakat generasi berikutnya banyak sedikitnya ditentukan oleh bagaimana kita mempersiapkannya dalam keluarga kita sekarang ini. Bentuk-bentuk dan dinmamika kehidupan bersama dalam generasi mendatang akan diberi ciri oleh pembinaan kita dalam keluarga dewasa ini. Generasi mendatang akan belajar hidup berdampingan dengan damai, bila mereka beranjak dari rumah di mana terdapat saling mengampuni dan saling menghargai. Mereka akan belajar berperang, bila keluarga-keluarga mereka pada dewasa ini dipenuhi dengan pertengkaran dan prasangka. Mereka akan belajar mengasihi jika dari rumah mereka dibekali dengan kehangatan kasih dan mengasihi.. Berikut ini kita mengutif apa yang dikatakan Alkitab tentang bagaimana seharusnya terjalin hubungan itu antara keluarga :
"Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak taatilah orangtuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anak-anakmu, supaya jangan tawar hati. Hai hamba-hamba taatilah tuanmu yang dui dunia ini daslam segala hal….. Hai tuan-tuan, berlakulah jujur dan adil terhadap hambamu : ingatlah kamu juga mempunyai tuan di surga"…..(Kolose 3 : 18 – 4 : 1).

Keluarga yang merupakan bangunan dasar dari bangunan masyarakat umat manusia merupakan tanggungjawab setiap warga keluarga untuk menegakkanya dengan terhormat  dengan menjadikan kasih mengasihi sebagai landasan dan motivasi hubungan antar anggota keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar