Kamis, 28 Oktober 2010

SIAPA YANG TAHU ?

“Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala”” (Lukas 12 : 35).Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya(Zakaria 9:9)

            Minggu ini  kita memasuki masa raya adven yang akan berlangsung selama empat minggu berturut-turut. Adven adalah awal tahun gerejawi yang baru.  Asal kata  “adven”  adalah adventus (Latin : kedatangan), advenire (Latin : datang ke). Masa adven mempunyai dua karakter, yaitu sebagai masa persiapan  perayaan Natal untuk mengingat kedatangan Yesus yang pertama kali dan sekaligus mengarahkan hati dan pikiran untuk menyongsong kedatanganNya kembali, bukan sebagai bayi yang tak berdaya melainkan sebagai hakim semua orang yang hidup dan yang mati. Karenanya masa  adven ditandai dengan suasana penantian, pengharapan, persiapan dan pertobatan.
Banyak cara dilakukan untuk mengisi masa adven. Berkaitan dengan peringatan kedatangan Yesus untuk pertama kalinya, orang  sibuk  mempersiapkan kegiatan dan pernik-pernik Natal. Di lingkungan  Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) jemaat  Efrata Buduk, misalnya memasuki minggu adven yang pertama ditandai dengan pembukaan Masa Raya Natal  yang diisi dengan pelayanan sakramen Perjamuan Kudus dan beragam kegiatan lain  seperti donor darah yang mendukung sub thema natal  tahun ini “Hiduplah Dalam Perdamaian Dengan semua Orang”.
Sementara berkaitan  dengan menantikan kedatangan Yesus kembali, ada orang yang begitu getol menghitung-hitung waktu dan mencari-cari tanda untuk memastikan kapan Yesus datang kembali.  Tetapi ada pula yang cenderung, tidak peduli, karena sepanjang sejarah gereja berkali-kali kedatangan Yesus kembali telah dinubuatkan namun pada akhirnya tidak menjadi kenyataan. Yang satu cari-cari, yang lain tidak peduli. Bagaimana seharusnya sikap kita berkaitan dengan kedatangan Yesus kembali ?
Ketika Yesus datang untuk pertama kali, Ia lahir di kandang binatang, sebagai bayi yang lemah, dan banyak orang Yahudi menolakNya sebagai Messias atau Anak Manusia. Tetapi di sini Yesus menegaskan bahwa Anak Manusia akan datang dalam kemuliaanNya kelak pada saat Ia datang untuk kembali sebagai Hakim (Mark13:24-37). Sebelum saat itu tiba, akan datang peristiwa-peristiwa kosmis yang mendahuluinya, seperti matahari yang menjadi gelap, bulan tak bercahaya, bintang-bintang berjatuhan dari langit, kuasa-kuasa langit akan goncang dan orang-orang pilihan Tuhan dikumpulkan dari segala penjuru.
Yesus  mengajak pengikutNya untuk belajar dari  perumpamaan pohon ara. Sebelum berbuah, pohonnya memberi  tanda : rantingnya melembut, tunas daunnya mulai muncul. Itu tanda akan berbuah, sekaligus tanda musim panas akan datang. Demikian juga tanda-tanda yang mendahului kedatangan kembali Anak Manusia. KedatanganNya pada hari penghakiman bisa dilihat dari tanda-tandanya, tapi manusia tetap tidak bisa memastikan kapan tepatnya saat itu tiba. Setalah menegaskan bahwa tidak ada seorangpun tahu kapan waktu kedatanganNya kambali tiba, Yesus mengarahkan pengikutNya untuk tidak mencari-cari dan memfoluskan hidup hanya untuk mereka-reka dan menetapkan tanggal kembaliNya. Melainkan Ia mengajak para pengkutNya untuk berhati-hati dan berjaga-jaga (Mark 13:33). Ia menggambarkan kembaliNya kelak seperti seorang tuan yang hendak bepergian dan menyerahkan rumahnya dalam tanggungjawab hamba-hambanya.
Cotoh berjaga-jaga dalam masa penantian, ilustrasi berikut barangkali dapat membantu kita. Di tepi danau Como di Italia, ada sebuah vila tua yang amat indah. Diperkirakan usianya mencapai ratusan tahun. Tanah dan kebun di vila itu begitu rapi tertata. Yang merawat kebun di vila itu adalah seorang lelaki tua. Suatu hari sekelompok wisatawan melintasi vila itu dan mengagumi kerapian dan keindahan taman serta vila itu sendiri. Mereka berkata kepada sang tukang kebun, “Pasti sang pemilik vila ini sering datang kemari untuk melihat hasil pekerjaan anda. “Pak tua itu menjawab,” Dalam 15 tahun ini seingat saya, ia baru  datang sekali saja”. Para wisatawan itu terkejut, “Kalau tahu pemiliknya jarang datang,kok anda tetap melakukan tugas anda dengan baik ?”. Kembali pak tua tukang kebun menjawab, “Saya tidak tahu pasti kapan ia datang, tapi yang saya lakukan adalah menanamkan dalam hati saya keyakinan bahwa ia akan datang esok hari, sehingga hari ini saya akan bekerja dengan penuh semangat dan tetap melakukan tanggungjawab saya seperti biasa”.
Suatu hari nanti Tuhan pasti datang kembali, namun karena tidak ada seorangpun yang tahu kapan waktu itu tiba kita penting selalu berjaga-jaga dengan cara mengisi hidup dalam masa penantian ini dengan setia melakukan tugas tanggungjawab yang Tuhan percayakan dengan sepenuh hati, sambil menjaga diri agar tidak bercacat di tengah dunia yang menawarkan rupa-rupa godaan yang merusak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar