Kamis, 28 Oktober 2010

SELAMAT, ANDA DAPAT DIPERCAYA !


Di setiap aras kehidupan, kepercayaan adalah sesuatu yang sangat penting Dalam dunia bisnis, kepercayaan antara pelakunya menempati  tempat utama. Misalnya saja apabila konsumen tidak mempercayai penjual; atau sebaliknya penjual tidak mempercayai konsumen, dapat dipastikan perjanjian jual beli tidak pernah terjadi. Apalagi kalau kepercayaan dikaitkan dengan kehidupan keluarga;  tidak dapat dipungkiri bahwa kepercayaan merupakan salah satu syarat kebahagiaan keluarga.l Suami mempercayai istrinya mampu mengurus rumah tangga dengan baik; istri percaya suaminya mampu menjaga kesetiaan walaupun ada di luar rumah; orangtua percaya anak-anak belajar dengan sebaik-baiknya; dan anak-anak percaya orangtua mencintai mereka walaupun keduanya bekerja.
Namun tidak dipungkiri bahwa mendapat kepercayaan tidaklah mudah. Biasanya kepercayaan baru akan diberikan oleh seseorang kepada orang lain apabila sudah ada bukti nyata. Sebaliknya, seseorang yang sudaah terlanjur membuat kesalahan, sulit untuk diberi kepercayaan. Jarang ada orang yang mau memberikan kepercayaan kepada orang lain tanpa perlu bukti; atau tetap memberi  kepercayaan terhadap orang yang telah berbuat salah. Kalau kepercayaan itu diberikan, maka hal itu sungguh pengalaman paling membahagiakan.
Di sisi lain, kepercayaan sangat menuntut tanggungjawab besar untuk memeliharanya. Kenyataannya banyak orang yang jatuh ketika harus memelihara keperrcayaan yang diberikan kepadanya. Akhirnya seperti pepatah :”Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak akan percaya” menjadi bagian dalam hidupnya.


Dalam Injil Lukas  19 : 11-27, kita menemukan cerita perumpamaan seorang bangsawan memberikan sepuluh uang mina kepada sepuluh orang hambanya. Perumpamaan versi Lukas ini memperlihatkan bahwa Sang Bangsawan memberikan jumlah uang yang sama kepada kesepuluh hambanya yaitu masing-masing satu mina. Berbeda dengan versi Matius, di mana sang tuan memberikan talenta yang berbeda kepada setiap hambanya sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu Lukas lebih menekankan kepercayaan yang sama diberikan oleh sang bangsawan kepada para hambanya, daripada kemampuan tiap hambanya.
Demikian pula halnya dengan Allah melalui Yesus telah memberikan kepercayaan kepada setiap manusia tanpa terkecuali. Kepercayaannya sama, tidak ada perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Seharusnya ini menjadi berita yang menggembirakan bagi setiap orang karena Allah tidak menuntut buktinya lebih dulu; Allah juga tidak membedakan manusia ciptaanNya, siapapun sama di hadapanNya – sama-sama layak dipercaya – padahal manusia telah menghianati kepercayan dari Allah dengan jatuh ke dalam dosa.
Tiba saatnya ketika sang Bangsawan kembali ke rumahnya, dan memanggil ke sepuluh hambanya untuk mengetahui  berapa hasil dagang mereka masing-masing sebagai bentuk pertanggungjawaban dari kepercayaan yang telah diberikan olehnya.  Gambaran inipun akan diberlakukan allah kepada manusia yang telah diberikan kepercayaan. Setiap manusia harus siap untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan Allah.Tentu saja berarti manusia tidak bisa seenaknya menyia-nyiakan kepercayaan dari Tuhan. Seperti kata penulis surat Petrus, “…yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini “ ( I Petrus 1:17).


Masing-masing hamba memberikan perrtanggungjawaban. Ada yang menghasilkan laba berlipatkali ganda, namun ada pula yang tidak menghasilkan apa-apa  karena hanya menyimpan uang mina tersebut.. Kepada hamba yang berhasil melipatgandakan uang mina itu, dia memberikan kepercayaan  mengurus kota.
            Hal ini menunjukkan betapa sang bangsawan  memberikan kepercayan yang lebih besar lagi kepada hambanya yang telah berhasil. Sedangkan hamba yang tidak berhasil, kepercayaan itu diambil darinya. Tentu saja hal ini juga akan berlaku kepada setiap manusia yang berhasil menjalankan kepercayaan yang Allah berikan.. Tanggungjawab yang lebih besar lagi akan diterima oleh manusia. Hal ini bukan untuk menyengsarakan, tetapi menunjukkan betapa Allah semakin percaya kepada orang-orang yang berhasil menjalankan kepercayaan sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh Yesus berulangkali : “ …. Engkau telah setia kepada perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggungjawab dalam perkara ang besar.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar