Kamis, 28 Oktober 2010

BERIMAN DALAM KEBINEKAAN


“Hendaklah dengan renah hati yang seorang mengnggap yang lain lebih utama daripada dirinya  sendirii, dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri tetapi kepentingan orang lain juga” (Filipi 2 : 3b-4).

            Bangsa kita adalah bangsa yang bineka. Ibarat puzzle yang terjalin dari banyak kepingan, bangsa Indonesia terdiri dari kumpulan komunitas masyarakat yang memiliki kebinekaan suku, adat istiadat, latar belakang budaya, dan agama. Dalam kebinekaan terkandung potensi konflik Salah satu akar masalah disintegrasi bangsa yang kerap terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ialah karena kegagalan  menangani kebinekaan. Dalam kebinekaan, kehidupan bersama diwarnai oleh perbedaan kepentingan.  Ada sekumpulan orang yang memiliki fanatisme kedaerahan atau kesukuan yang sangat kuat. Sekumpulan lain lagi memiliki fanatisme keagamaan yang tidak kalah gigihnya. Sekumpulan orang yang lainnya, sangat menjunjung tinggi – komunikasi antara satu kelompok masyarakat dengan golongan lainnya. Jelaslah bahwa hikmat dan kearifan diperlukan untuk mengatasi kebinekaan.
            Umat Kristen menjadi bagian sekaligus hidup bersama dengan anggota masyarakat yang memiliki kebinekaan. Apa yang dapat dilakukan dalam situasi semacam itu ? Menghadapi keadaan tersebut umat beriman patut waspada dalam mengekspresikan  perilaku keagamaan maupun prilaku sosialnya. Dalam hal ini kita dapat belajar dari pemikiran dan ajaran Rasul Paulus yang ditujukan kepada komunitas jemaat Filipi. Ketika menangani masalah kebinekaan diantara jemaat Filipi, Rasul Paulus memberi  nasehat  kepada mereka untuk rendah hati, “Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri,; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” sebagaimana juga  dikutif pada bagian awal tulisan ini. Sifat rendah hati adalah dasar kesaksian umat beriman melalui pola hidup yang saling menghargai. Salah satu ekspresi rendah hati ialah menempatkan orang lain pada kedudukan yang lebih tinggi dari diri sendiri. Artinya, kita tidak boleh meremehkan keberadaan orang lain karena ia tidak sama dengan kita melainkan justru menghargainya sekalipun ia sama sekali berbeda warna kulit, suku, bangsa, budaya atau agamanya. Dengan kata lain, sikap rendah hati juga akan mengantar kita untuk menempatkan kepentingan kita dalam persefektif kepentingan bersama.
            Sikap rendah hati adalah benih bagi  terwujudnya pola hidup bersama orang lain yang didasari rasa saling menerima dan menghargai dalam kesetaraan. Selain itu, beberapa hal prinsip yang dapat kita pegang  untuk menangani masalah kebinekaan dalam kehidupan masyarakat  ialah sebagai berikut :
Pertama, Tuhan menempatkan manusia untuk hidup didunia dengan maksud agar manusia hidup dalam damai  sejahtera  sekaligus mewujudkan damai sejahtera itu bagi dunia. Oleh karena itulah umat beriman terpanggil untuk memperhatikan segala sesuatu yang ada dan terjadi disekitar kehidupannya.
Kedua, kehidupan beragama selain menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, juga berkaitan dengan realitas kehidupan didunia. Jadi, apabila manusia memikirkan kehidupan di dunia ini bukan hanya soal memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mencakup upaya membangun relasi dengan sesamanya. Bahkan hal-hal yang berkaitan dengan tata cara mengekspresikan agamanyapun tidak bisa lepas dari perkara-perkara duniawi. Dengan demikian, kita harus memikirkan setiap tindakan secara utuh, baik keagamaan, sosial maupun budaya.
Ketiga, dalam menghayati hidup sebagai umat Allah, kita justru harus menempatkan diri dalam kesejajaran dengan orang lain. Sekalipun secara teologis kita meyakini eksistensi diri sebagai umat pilihan Allah, namun kita tidak boleh menunjukkan sikap superioritas apalagi menjurus pada arogansi. Bagaimanapun, kita tidak punya wewenang untuk membeda-bedakan manausia berdasarkan kategori-kategori  yang kita buat dan menempatkan diri di atas orang lain. Sebaliknya, kita justru terpanggil untuk memberiklan penghargaan yang sama kepada semua orang.
Keempat, nilai-nilai kemanusian yang tercermin dalam system kebudayaan merupakan pendekatan yang menembusi batas-batas agama. Selanjutnya kita dapat melangkah untuk berperan serta di tengah kehidupan bermasyarakat. Caranya, dengan mengupayakan akses-akses kehidupan bersama lewat karya-karya yang bersifat kemanusiaan dan tidak kaku lantaran dijiwai pandangan agama yang sempit. Denganh kata lain, kita menerapkan pola hidup inklusif tapi tidak mengingkari  iman.
Kelima,  kita patut mengupayakan kehidupan bersama agar menjadi lebih baik. Semua usaha yang ditempuh, perlu disempurnakan dengan doa. Doa syafaat adalah cara meminta Tuhan turut terlibat dalam persoalan hidup orang lain atau masyarakat. Pada batas tertentu, doa syafaat dapat mendatangkan berkat bagi orang lain. Sekalipun tampak sebagai pekerjaan sederhana, doa memiliki makna yang besar. Semua orang bisa berdoa, tetapi tidak semua orang setia berdoa. Untuk dapat memanjatkan doa syafaat, kita perlu memiliki respon yang positif terhadap persoalan orang lain. Oleh karena itu doa merupakan satu karunia.
             
                                                                        Denpasar,  22 Agustus  2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar