Kamis, 28 Oktober 2010

PERTOBATAN, JALAN MENUJU TUHAN


Pertobatan, apalagi yang sungguh-sunguh, itu bukan sesuatu yang mudah. Dalam keadan terjepit, “kepepet”, seorang penjahat besarpun akan mengatakan dengan mudah :”saya bertobat”, “saya kapok”, “swear”. Tetapi begitu keadaan untuknya membaik, maka segera muncul penyakit-penyakit yang lama. Dalam masalah ini kebanyakan manusia itu adalah “residivis”.
Belum lama berselang; kita tentu masih ingat, ketika negara dan bangsa kita sedang terpuruk-tpuruknya karena secara bertubi-tubi dilanda oleh bermacam-nmacam krisis, muncul beberapa suara di sana-sini yang menyerukan adanya suatu pertobatan nasional. Belum sampai terlaksana secara serius, orang sudah disibukkan dengan bermacam-macam rebutan ; rebutan tahta, rebutan pengaruh dan kekuasaan, rebutan kekayaan dan harta benda, dsb.
Kita sekarang memasuki masa Adven. Masa Adven adalah masa penantian umat Tuhan menantikan kedatangan Tuhan dan KerajaanNya. Kedatangan Tuhan dan KerajaanNya itu merupakan suatu proses panjang. Persiapannya sudah terjadi di zaman Perjanjian lama. Kemudian  proses itu mencapai tahap yang sangat penting ketika Sang Messias, Yesus Kristus, datang di dunia ini, dan melaksanakan karya penyelamatanNya melalui kematianNya di kayu salib dan kebangkitanNya  dari antara orang mati. Proses itu masih dilanjutkan setelah Tuhan Yesus naik ke sorga dan Roh Kudus dicurahkan pada hari pentakosta. Proses itu baru akan berakhir pada waktu Tuhan Yesus datang kembali dan KerajanNya mencapai kesempurnaan dan kepenuhannya di dalam langit yang baru dan bumi yang baru.
Jadi, penantian itu juga berlaku untuk kita, umat Kristiani di zaman Perjanjian Baru. Kita menantikan kedatangan Tuhan dan KerajaanNya. Sebuah gambaran yang salah sekali, yang sering masih tetap beredar di kalangan umat Kristen adalah gambaran yang seolah-olah karya penyelamatan Kristus itu hanya ditujukan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa kita saja dan karya penyelamatan itu sudah selesai di kayu salib, sehingga yang kita nantikan sekarang itulah saat kita meninggal dunia dan jiwa kita terangkat ke sorga. Lalu masa adven itu hanya diartikan sebagai masa persiapan untuk menyelenggarakan pesta natal, sebagai pesta peringatan akan kelahiran Kristus, lengkap dengan kandang dan palungan, pohon natal yang dihiasi lampu kelap-kelip, pembagian hadiah dsb.
Dalam masa adven ini jemaat diajak untuk merenungkan hal menantikan Tuhan dan KerajaanNya dan apa peranan pertobatan di dalamnya. Ketika Tuhan Yesus memulai karyaNya di dunia ini , Ia berseru :”Bertobatlah, sebab Kerajaan sorga (Kerajaan Allah) sudah dekat !” (Mat. 4:17). Tuhan menghendaki kita berubah secara total, sebab “siapa yang tidak dilahirkan kembali tidak akan melihat Kerajaan Allah” (Yoh. 3:3). Bertobat itu berarti melakukan yang benar. Tidak hanya mengatakan, tetapi melakukan. Dan itu dimulai dengan menyadari yang tidak benar, yang diungkapkan di dalam  kata-kata “sebab kami berdosa, terhadap Engkau kami memberontak”.
Melakukan yang benar itu dapat juga diungkapkan sebagai “berjalan pada jalan yang Kautunjukkan”. Di sini ditunjukkan bahwa dosa itu, yaitu menyimpang dari jalan Tuhan, menganggap jalan sendiri lebih baik dan dengan demikian memberontak  terhadap Tuhan. Bertobat berarti meninggalkan jalan sendiri, dan berpaling kepada Tuhan dan kepada jalan yang Tuhan tunjukkan. Dalam kenyataannya itu bukan sesuatu yang mudah. Sebab sudah sejak lahir kita ini dihinggapi oleh penyakit yang disebut dosa. Kita ini orang-orang najis. Kita sering berpura-pura saleh tetapi kesalehan itu seperti kain kotor. Kita adalah seperti daun, yang sebentar akan layu dan diterbangkan oleh angin. Hanya oleh kasih karunia Tuhan saja kita ini dapat diselamatkan. Pertobatan itu sangat penting, mutlak dan perlu, karena Tuhan menyongsong mereka yang berpaling di dalam pertobatan kepadaNya.
Sikap pertobatan itu merupakan sikap yang cocok untuk memasuki masa adven sebagai masa penantian akan kedatangan Allah dan KerajaanNya. Zaman ketika umat Israel mengalami masa Adven besar, yaitu beberapa abad sebelum kelahiran Kristus merupakan zaman yang gelap dan kacau. Tidak ada nabi, tidak ada wahyu, Tuhan sekan-akan jauh sekali. Tuhan seolah-olah sudah meninggalkan umatNya dan tidak lagi memperdulikan mereka. Umat Israel dianjuri untuk bertobat karena ternyata Tuhan itu dekat. Tuhan sudah akan datang. Demikian juga dengan kita. Sikap yang paling cocok untuk kita sekarang adalah bertobat, mencari Tuhan dengan serius. Tuhan akan menyongsong orang yang bertobat. Tetapi bagi mereka yang tidak bertobat, kedatangan Tuhan itu akan terjadi malapetaka yang sangat besar.
Mungkin yang merupakan pertanyaan yang paling besar bagi kita adalah : Apakah kita benar-benar menantikan kedatangan Tuhan dan KerajaanNya ? Kita harus berani memeriksa hati kita jangan-jangan yang kita nantikan itu adalah solusi-solusi bagi bagi permasalahan-permasalahan kita : keadaan yang menyenangkan, tanpa ancaman huru-hara, keadaan yang lebih menguntungkan bagi usaha-usaha kita, kemajuan dalam karir kita, keberhasilan,sukses  tetapi bukan Tuhan dan KerajaanNya ?  Kejujuran itu juga termasuk ke dalam pertobatan kita. Selamat memasuki minggu-minggu adven.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar